Kamis, 08 Oktober 2009

PERSAINGAN PASAR PRODUK INDOFOOD DENGAN PRODUK WINGFOOD (INDOMIE VS MIE SEDAAP)

Saat ini persaingan produk-produk di Indonesia semakin ketat yang salah satunya ditunjukkan oleh produk Indofood dengan produk Wingfood terutama dibidang mie instan dengan memanfaatkan ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap makanan cepat saji. Tidak heran jika perusahaan-perusahaan baru melirik pasar dibidang ini.

Munculnya pendatang baru produsen mie instan PT Sayap Mas Utama dengan produknya Mi Sedap cukup mengejutkan. Beberapa pakar pemasaran mengingatkan agar PT Indofood Sukses Makmur Tbk yang selama ini menjadi pemimpin pasar mie instan lebih waspada.

Walaupun tidak seagresif Mie Sedaap, ada beberapa produk mi instan yang juga patut diperhatikan. Perusahaan-perusahaan itu, masuk ke bisnis mie dengan cara menggaet orang-orang eks Indofood. Mereka masuk dengan cara mengincar segmen khusus. Salami misalnya, menggunakan segmen religius. Unilever membidik pasar remaja menengah atas. Sedangkan segmen pasar Mie Sedaap adalah menengah ke bawah.

Target awal Mie Sedaap, untuk konsumsi sopir dan pembantu rumah tangga. Tetapi karena rasa minya enak, mereka kemudian merekomendasikan ke majikan. Itulah yang kini terjadi. Secara berlahan Mi Sedap mulai menggerogoti pangsa pasar mi produk Indofood.

Dengan banyaknya permintaan atas produk ini tentu pemilik toko dan gerai akan berpikir dua kali untuk tidak menyediakannya. Kenapa menolak produk yang banyak dicari konsumen tentu pikir mereka. Akhirnya Indofood menggunakan strategi seperti iklan terlampir untuk menandingi harga & popularitas Mie Sedaap yang melejit, selain itu juga meluncurkan merek tandingan Mie Sayaap dan mengubah Supermie Sedaaap (3 a) dan Sarimi Besaar untuk membuat nama merek 'sedap' seolah menjadi tenggelam.

Meski demikian, hingga saat ini Indomie yang diproduksi PT Indofood Sukses Makmur Tbk masih menguasai pasar. Dominasinya begitu kuat walaupun sudah terjadi pergeseran. Jika 2002 Indomie menguasai sekitar 90% pangsa pasar mi instan, tahun lalu menurun menjadi 75%. Sisanya yang 25% dikeroyok merek mi instan lainnya. Kemunduran itu patut diwaspadai. Apalagi baru-baru ini muncul Mie Sedap milik PT Sayap Mas Utama yang merupakan grup dari kelompok Wings. Meski produk ini baru diluncurkan pada Mei 2003 dan baru didistribusikan di Pulau Jawa dan Bali, namun namanya sudah mulai diperbincangkan di kalangan pembeli di warung-warung, bahkan pasarh swalayan.

Ketatnya persaingan produk mi instan disadari benar oleh manajemen PT Indofood. Sumber yang tidak mau disebut namanya mengakui bahwa saat ini penguasaan Indofood terhadap pasar mi instan menurun dari 90% menjadi 75%.

Tentang strategi menghadapi persaingan, Indofood akan menerapkan strategi Mastering The Present, Pre-empting the Future. Strategi ini antara lain fokus kepada organic growth, memanfaatkan competitive advantage melalui scale, scope, span, dan speed. Selain itu akan menjalankan program cost efficiency and cost cutting. Di samping itu tetap melanjutkan segmentasi para konsumennya dengan memperkenalkan produk-produk dengan higher price and higher margin.



Kesimpulan

Kini Genderang perang Wings dan Indofood telah ditabuh. Dua raksasa itu terlihat tidak main-main dalam mempertahankan diri sekaligus menyerang bisnis inti pesaingnya demi menjaga eksistensi kerajaan bisnisnya. Tentu yang diuntungkan dalam hal ini adalah konsumen. Karena menikmati produk dengan kualitas lebih baik dan harga, bisa jadi, lebih murah.

Mie sedaap sendiri mempunyai keunggulan dari harganya yang lebih
murah, kalau soal rasa setiap konsumen mempunyai penilaian tersendiri.
karena tentu saja mempunyai selera rasa yang berbeda. Yang menarik dari pertarungan antara indomie vs mie sedaap adalah karena pertarungan itu merupakan bagian dari pertarungan antara Indofood vs wingfood.



Referensi :

http://www.mediaindo.co.id/cetak/berita.asp?id=2004021501011212

http://scylics.multiply.com/

http://www.swa.co.id/swamajalah/praktik/details.php?cid=1&id=935


Minggu, 04 Oktober 2009


TUGAS AKUNTANSI BIAYA

Penentuan Biaya Variabel

Dosen Penanggung Jawab : Devi Laila Rosyita

Disusun oleh :

Nama : Akhmad Subairiyanto
NPM : 10207083

Kelas : 3EA04


FAKULTAS EKONOMI - MANAJEMEN

UNIVERSITAS GUNADARMA

DEPOK

2009



BAB I

PEMBAHASAN

(Penentuan Biaya Variabel)

A. Biaya Variabel (Variable Cost atau VC)

Biaya variabel adalah Biaya produksi yang jumlahnya berubah sesuai dengan jumlah produksi yang dihasilkan. Jika produksi sedikit, biaya variabel sedikit dan sebaliknya.. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan mentah, upah tenaga produksi, bahan pembantu.

Besarnya biaya variabel total (TVC), jumlah seluruh biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk. Untuk menghitung besar variabel total dapat menggunakan rumus berikut :

Keterangan:
TVC = Biaya variabel total

VC = Biaya variabel per unit

Q = Jumlah produksi.

TVC = VC x Q

Contoh :

Suatu produksi dihasilkan sebanyak 400 unit, biaya variabel per unit Rp. 2.000,00. Berapakah biaya variabel total ?

Jawab :

Diketahui VC = 2.000,00 dan Q = 400 unit
TVC = VC x Q = 2.000 x 400 = 800.000

B. Metode Penentuan Variabilitas Biaya:

a. Metode biaya berjaga (stand by cost method)

b. Metode taksiran langsung (Direct estimate method)

c. Metode titik tertinggi titik terendah (high and low Point method)

d. Metode matematis

e. Metode Korelasi (correlation method) Metode ini digunakan dengan melihat hubungan antara biaya dengan tk kegiatan (output) dimasa lalu

f. Metode grafis

C. Gambaran Umum Perhitungan Biaya Variabel

Laba rugi kontribusi dan analisis biaya-volume-laba merupakan alat Bantu yang berguna. Kedua alat bantu ini menekankan pada perilaku biaya dan mengharuskan manajer secara hati-hati membedakan biaya variabel dan biaya tetap. Perhitungan biaya penyerapan, yang telah didiskusikan dalam Bab 2 dan bab 3, membebankan biaya variabel dan biaya tetap ke produk menggabungkan dengan suatu cara yang menyulitkan manajer untuk membedakannya. Sebaliknya, perhitungan biaya variabel berfokus pada perilaku biaya secara jelas membedakan biaya tetap dan biaya variabel. Salah satu keunggulan perhitungan biaya variabel adalah keharmonisannya dengan pendekatan kontribusi dan konsep biaya-volume-laba yang didiskusikan pada bab sebelumnya.

D. Perhitungan Biaya Variabel

Dengan menggunakan perhitungan biaya variabel (variable costing), hanya biaya produksi yang berubah-ubah sesuai dengan output yang diperlukan sebagai biaya produk.termasuk didalamnya adalah biaya langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik variabel. Biaya overhead pabrik tetap tidak diperlakukan sebagai biaya produk dalam metode ini. Sebaliknya, biaya overhead diperlakukan sebagai biaya periodic, seperti beban administrasi dan penjualan, beban tersebut dibebankan secara utuh ke dalam pendapatan setiap periodenya. Konsekuensinya, biaya per unit produk dalam persediaan atau dalam harga pokok penjualan dalam metode perhitungan biaya variabel tidak mengandung elemen biaya overhead tetap. Perhitungan biaya variabel sering disebut sebagai perhitungan biaya langsung (direct costing) atau perhitungan biaya marginal (marginal costing).

Beban ini tidak pernah diperlakukan sebagai biaya produk dalam perhiyungan kedua metode perhitungan biaya. Jadi, baik dengan pendekatan variable, beban penjualan dan administrasi variabel dan tetap selalu diperlakukan sebagai biaya periodik dan dikurangi dari pendapatan yang diperoleh.

E. Perhitungan Biaya Per Unit

Untuk mengilustrasikan perhitungan biaya per unit dengan menggunakan perhitungan biaya variabel, perhatikan EB Company, perusahaan kecil yang memproduksi satu produkdan memiliki struktur biaya seperti berikut:

Jumlah yang diproduksi setiap tahun…………………. 6000

Biaya variabel per unit:

Bahan baku langsung…………………………………. $2

Tenaga kerja langsung ……………………………….. $4

Overhead pabrik variabel………………………………. $1

Beban penjualan dan administrasi variabel…………. $3

Biaya tetap per tahun:

Overhead pabrik tetap…………………………………. $30.000

Beban penjualan dan administrasi tetap………………$10.000

Diminta:

  1. Hitunglah biaya produk per unit dengan perhitungan biaya variabel.

Solusi

Total biaya produksi variabel………………………………….. 7

Overhead pabrik tetap ($30.000/6.000 unit produk)………… 5

Biaya produk per unit…………………………………………. $12

Perhitungan biaya variabel

Bahan baku langsung…………………………………………… $2

Tenaga kerja langsung…………………………………………. 4

Overhead pabrik variabel………………………………………. 1

Biaya produk per unit……………………………………………. $7

(overhead pabrik tetap $30.000 akan diperhitungkan secara total sebagai beban periodic bersama dengan beban dan administrasi akan mengurangi pendapatan.)

Dengan menggunakan metode perhitungan biaya variabel, perhatikan bahwa hanya biaya produksi variabel yang dimasukkan dalam biaya produk. Jadi, jika perusahaan menjual satu unit produk dan menggunakan perhitungan biaya variabel, $7 akan dikurangi sebagai harga pokok penjualan dan unit tidak terjual akan dimasukkan dalam akun persediaan dalam neraca dengan biaya hanya $7 per unit.

F. Kalkulasi Biaya Variabel

Kalkulasi biaya variabel adalah bentuk perhitungan harga pokok yang ingin menentukan biaya variabelnya saja dari satuan produk. Kalkulasi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:

a. Direct Costing

Administrasi biaya dapat dirancang sedemikian rupa, sehingga biaya variabelnya secara periodik dengan sendirinya akan tersedia. Dalam sistem direct costing yang murni, administrasi biaya dirancang sedemikian rupa, sehingga hanya biaya variabelnya saja yang dialokasikan per satuan produk. Biaya tetap seluruhnya dibawa ke perincian rugi/laba

b. Kombinasi Direct Costing dengan Kalkulasi Integral (Kalkulasi Harga Pokok Standard)

Ini merupakan sistem administrasi biaya yang secara periodik dapat memberikan baik biaya variabel maupun biaya integralnya.

Contoh 1:

Pertama-tama kita ambil seorang produsen yang mempunyai kedudukan monopoli, yaitu dia adalah produsen tunggal dalam produknya yang bersangkutan. Produsen ini dapat menentukan sendiri harga jual dari produknya. Dia mengetahui bahwa kalau dia ingin menjual lebih banyak, dia harus menurunkan harganya.

Andaikan bahwa berdasarkan penelitian pasar, dia memperoleh gambaran sebagai berikut mengenai jumlah-jumlah yang dapat dijual pada harga yang berbeda-beda.

Jika biaya variabelnya per produk adalah Rp 4.000,- dan variabelnya adalah proporsional. Produsen ini akan memperoleh laba yang terbesar pada harga penjualan Rp 9.000,-. Jumlah yang dapat dijual dengan harga ini adalah 250.000 buah

Pertanyaan : Mengapa harga Rp 9.000,- memberikan laba yang terbesar?

Jawab :
Karena pada harga tersebut jarak antara O dan V maksimal. Dengan kata lain, selisih antara hasil penjualan dengan biaya variabel adalah yang terbesar. Selisih ini, atau jumlah laba kotor berjumlah Rp. 2.250.000.000,- - Rp. 1.000.000.000,- = Rp. 1.250.000.000,- Pada titik itu laba bersihnya juga maksimal (atau dalam hal rugi, kerugiannya minimal). Karena laba bersih ini sama dengan laba kotor dikurangi dengan biaya tetap, yang per definisinya merupakan jumlah yang tetap. Di dalam gambar, biayanya adalah Rp. 500.000.000,- per tahun. Laba bersih seluruhnya Rp. 750.000.000,-.

Tingginya biaya tetap tidak berpengaruh pada kedudukan laba maksimal. Apakah kedudukan ini lebih tinggi atau lebih rendah, garis K akan bergerak sejajar dengan garisnya sendiri (dan dengan garis V). O dan V memberi selisih terbesar pada 250.000.

Untuk menentukan laba yang maksimal, produsen tidak membutuhkan pengetahuan mengenai biaya tetap, baik dalam jumlah seluruhnya maupun yang per satuan produk. Dia cukup membuat kalkulasi biaya variabelnya saja.

Harga jual Rp. 9.000,- memang memberikan laba yang maksimal untuk tahun mendatang, tetapi produsen bertanya-tanya pada dirinya sendiri, apakah harga jual ini untuk jangka panjangnya juga yang optimal. Dia juga berpikir apakah harga ini tidak terlampau tinggi, sehingga memancing produsen lainnya untuk memproduksi barang yang sama. Untuk menilainya, sang produsen dapat memakai perhitungan harga pokok standard atau harga pokok integral. Hasilnya dapat meredamnya dalam hasratnya untuk memperoleh laba yang sebesar-besarnya, sehingga harga bisa dipasang di bawah Rp. 9.000,-. Perhitungan harga pokok variabel dan perhitungan pokok integral dapat saling mengisi.

Contoh 2:

Contoh kedua ini berkenaan dengan produsen yang bekerja di dalam bentuk pasar dengan perfect competition. Ini berarti bahwa terdapat banyak sekali produsen yang membuat barang yang sama. Harga jualnya ditentukan sepenuhnya oleh pasar. Produsen individual tidak dapat mengubahnya, karena pengaruhnya praktis nihil. Karenanya, dia harus menerima harga ini sebagai kenyataan.

Jika harga pasar ini pada satu ketika Rp. 6.000,-. Kalau kurva biayanya sama dengan kurva biaya dari monopolis di dalam contoh pertama tadi, dia akan memproduksi dan menjual semaksimal mungkin sebatas kapasitas pabriknya. Harga jualnya lebih tinggi dari biaya variabelnya, sehingga untuk setiap produk yang melebihi memberikan laba yang lebih kepadanya. Kalau kapasitasnya 400.000 buah per tahun, dia akan menjual 400.000 buah dengan harga Rp. 6.000,- atau seluruh hasil penjualannya Rp. 2.400.000.000,-. Laba bersihnya berjumlah Rp. 2.400.000.000 - Rp. 1.600.000.000 - Rp. 500.000.000 = Rp. 300.000.000,-

Dari contoh kedua ini juga menjadi jelas, bahwa kalau harga jual lebih rendah dari biaya variabel, produsen lebih baik tidak berproduksi dan tidak menjual sama sekali, karena kerugiannya terkecil.

Kita menyebut gambar 2, grafik break even, karena di sana ditunjukkan hubungan antara kesibukan perusahaan, biaya, hasil penjualan dan laba bersih. Grafik ini terutama memberitahukan pada volume penjualan yang berapakah hasil penjualan dengan jumlah biaya seluruhnya sama besarnya. Omset ini disebut omset break even. Letaknya dapat ditentukan sebagai berikut:

Jumlah hasil penjualan = jumlah biaya

B x p = B x v + C

B x (p-v) = C

Keterangan:
B : omset break even

T : jumlah biaya tetap

h : harga jual

v : biaya variabel per satuan produk.

Ternyata B adalah jumlah omset, di mana total laba kotor atau B x (h-v) adalah jumlah omset yang pas untuk menutup biaya tetapnya. Dalam contoh ini B = 250.000 buah.

BAB II

PENUTUP

Dalam menentukan biaya variabel yang harus kita perhatikan metode-metode penentuan biaya variable yaitu Metode biaya berjaga, Metode taksiran langsung, Metode titik tertinggi titik terendah, Metode sistematis, Metode Korelasi, dan Metode grafis. Selain itu menggunakan perhitungan biaya variabel (variable costing), hanya biaya produksi yang berubah-ubah sesuai dengan output yang diperlukan sebagai biaya produk.termasuk didalamnya adalah biaya langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik variabel.

Penentuan biaya variable bisa mengilustrasikan dengan memperkirakan biaya per unit seperti contoh diatas agar dapat meperkirakan biaya-biaya yang akan dikeluarkan.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.koraninternet.com

http://www.e-dukasi.net/mol/mo_subject.php?kls_id=1&subject_id=10

Dra. Rumini, MM, Akuntansi Manajemen, Pusat Pengembangan Bahan Ajar-UMB


Sabtu, 03 Oktober 2009

Hidup adalah Perjuangan

Selamat Hari Raya Idul Fitri,
Minal Aidzin Wal Faidzin,
Mohon Maaf Lahir Batin